"How do I say goodbye to someone I never really had? Why do my tears fall so endlessly for someone who was never really mine? Why is it I miss someone I was never really with? And why do I love someone whose love was never really mine?" damn love this quote x_x
Don't you know that I still wait someone who don't realize that I wait him for so long.
Don't you know that I can't forget someone I really love and I don't know why.
Don't you know that I hurt really so bad because of being tired of waiting.
Don't you know...
Don't you know...
Don't you know... that someone is you?
"jika memang dia,
dari awal mula dan selamanya akan tetap selalu dia,
tapi jika bukan,
dari awal mula dan selamanya tidak akan pernah dia,
dan pasti ada "dia" yang lain
yang jauh lebih baik dari dia yang bukan."
Bilakah dia tahu Apa yang t’lah terjadi Semenjak hari itu Hati ini miliknya..Mungkinkah dia jatuh hati Seperti apa yang ku rasa Mungkinkah dia jatuh cinta Seperti apa yang ku damba..Bilakah dia mengerti Apa yang t’lah terjadi Hasratku tak tertahan Tuk dapatkan dirinya..Tuhan yakinkan dia Tuk jatuh cinta Hanya untukku Andai dia tahu… #Kahitna ♥
Senin, 30 Mei 2011
Selasa, 17 Mei 2011
Dalam Diamku..
"Mencintai seseorang bukan hal yang mudah.
Bagi sebagian orang, termasuk saya tentunya, mencintai orang merupakan proses yang panjang dan melelahkan."
Lelah ketika kita dihadapkan pada suatu keadaan yang tidak seimbang antara akal sehat dan nurani.
Lelah ketika kita harus menuruti akal sehat untuk berlaku normal meski semuanya menjadi abnormal.
Lelah ketika mata menjadi buta akibat dari perasaan yang membius tanpa ampun.
Lelah ketika imaginasi menjadi liar oleh khayalan yang terlalu tinggi.
Lelah ketika pikiran menjadi galau oleh harapan yang tidak pasti.
Lelah untuk mencari suatu alasan yang tepat untuk sekedar melempar sesimpul senyum atau sebuah sapaan "apa kabar…"
Lelah untuk secuil kesempatan akan sebuah moment kebersamaan.
Lelah untuk menahan keinginan untuk melihatnya..
Lelah untuk mencari secuil kesempatan menyentuh atau membauinya.
Lelah dan lelah dan lelah..
Hanya sebuah sikap diam dan keheningan yang lebih saya pilih..
Diam menunggu sang waktu memberi sebuah moment.
Diam untuk mencatat segala yang terjadi.
Diam untuk memberi kesempatan otak kembali dalam keadaan normal.
Diam untuk mencari sebuah jalan keluar yang mustahil.
Diam untuk berkaca pada diri sendiri dan bertanya "apakah aku cukup pantas?"
Diam untuk menimbang sebuah konsekuensi dari rasa yang harus dipendam.
Diam dan dalam diam kadang semuanya tetap menjadi tak terarah..
Dan dalam diam itu pula, saya menjadi gila karena sebuah rasa dan pesona tetap mengalir..
Sayangnya, dalam keheningan dan diam yang saya rasakan,
lebih banyak rasa galau daripada sebuah usaha untuk mengembalikan pola pikir yang lebih logis.
Galau ketika mata terus meronta untuk sebuah sekelibat pandangan.
Galau ketika mulut harus terkatup rapat meski sebuah kesempatan sedikit terbuka.
Galau ketika mencintai menjadi sebuah pilihan yang menyakitkan
Galau ketika mencintai hanya akan menambah beban hidup
Galau ketika menyadari bahwa segalanya tidak akan pernah terjadi
Galau ketika tanpa disadari harapan terlanjur membumbung tinggi
Galau ketika semua bahasa tubuh seperti digerakan untuk bertindak bodoh.
Apakah mencintai seseorang senantiasa membuat orang bodoh? Tentu tidak.
Namun itu pula yang saya rasakan selama hampir lebih dari sepekan.
Dalam kelelahan, diam dan kegalauan yang saya rasakan selama ini, ada rasa syukur atas berkat dari Sang Hidup atas apa yang saya alami.
Syukur ketika rasa pahit menjadi bagian dari mencintai seseorang.
Syukur ketika berhasil memendam semua rasa untuk tetap berada pada zona diam.
Syukur untuk sebuah pikiran abnormal namun tetap bertingkah normal
Syukur ketika rasa galau merajalela tak terbendung.
Syukur ketika rasa perih tak terhingga datang menyapa.
Syukur karena tak ditemukannya sebuah nyali untuk mengatakan "Aku mencintaimu"
Syukur ketika perasaan hancur lebur menjadi bagian dari mencintai.
Syukur ketika harus menyembunyikan rasa sakit dan cemburu dalam sebaris ucapan "aku baik – baik saja"
Syukur atas rahmat hari yang berantakan akibat rasa pedih yang teramat dalam.
Akhirnya, bagi saya, keputusan untuk mencintai melalui sebaris doa menjadi pilihan yang paling pantas.
Setidaknya, mencintai secara tulus melalui doa, dalam tradisi agama yang saya anut, akan menjadi lebih bermakna,
karena saya diteguhkan dus menjadi berkat atas segala rasa perih yang senantiasa ada didalam diri.
Dalam doa, akhirnya, semuanya kita kembalikan kepada Sang Hidup..
Bahwa terkadang akal dan perasaan campur aduk tak tentu arah.
Bahwa saya juga bukan manusia super..
Bahwa saya juga tidak bisa berlaku pintar sepanjang waktu, setiap hari.
Bahwa saya juga punya kebodohan yang kadang susah untuk diterima akal sehat.
Bahwa dengan segala kekurangan yang ada, saya berani mencintai..
Bahwa saya bersedia membayar harga dari mencintai seseorang..
Bahwa saya bersedia menanggung rasa sakit yang luar biasa..
Bahwa saya mampu untuk tetap hidup meski rasa perih terus menjalar..
Bahwa saya masih memiliki rasa takut akan kehilangan dalam hidup..
Dan hari ini, dari semua pembelajaran yang telah saya terima,
Berkembang menjadi sebuah bentuk KEPASRAHAN.
Sebuah Zona yang terbentuk karena saya merasa tidak berdaya.
Dimana saya merasa tidak memiliki kemampuan untuk membuat segalanya menjadi mungkin.
Dimana saya tidak berani untuk membangun sebuah harapan
Dimana saya tidak berani untuk mengatakan
"Aku mencintaimu, mari kita pastikan segalanya, dan semuanya, hanya untuk kita berdua saja"
Dan ini adalah pilihan terakhir yang saya miliki,
Mencintai dalam kepasrahan, tanpa berharap dan tanpa meminta.
Meski sangat susah dan hampir mustahil bagi saya untuk tidak mengingatnya.
Semoga saya bisa.
Dan hingga hari ini, saya masih mencintainya
Saya sadar hal itu akan memberi rasa perih yg teramat dalam
Karena bagi saya, lebih susah untuk tidak mencintainya.
Dalam perjalanan yang melelahkan, dalam diam dan keheningan
Dan tentunya dalam sebuah KEPASRAHAN yang teramat dalam.
Dari saya yang akan selalu mencintaimu dalam diam
tulisan ini saya dapat dari catatan salah seorang teman saya:
Minggu, 01 Mei 2011
Nilai Hidup
Pernahkah Anda jatuh pada titik di mana Anda merasa bahwa Anda tidak ingin hidup lagi?! Cobaan hidup yang begitu berat dan tak habis-habisnya seolah menekan Anda begitu berat, sampai-sampai Anda merasa tak kuat untuk bertahan lagi. Hati pun berkecamuk dan mulai sering bertanya sampai kapan Anda bakal hidup seperti ini terus.
Mungkin hal ini lebih banyak dialami oleh seseorang dengan kepribadian yang cenderung melankolis (pemikir yang cermat). Namun, bukan berarti seseorang dengan karakter lain seperti kolerik (tegas dan dominan), plegmatis (stabil), maupun sanguin (si periang yang intim) tidak pernah mengalaminya. Semua orang pasti pernah mengalami yang namanya kejenuhan dalam hidup.
Namun, hidup ini bukanlah tentang apa yang Anda rasakan. Hidup ini lebih dipengaruhi dengan kemauan Anda. Kenyataan hidup menuntut kita, mau - tidak mau, untuk menjadi orang yang kuat, tegar, sabar, dan tabah dalam menjalani hidup.
Adakalanya kita kuat, adakalanya kita lemah. Orang bilang ada kalanya kita di atas, ada kalanya kita di bawah. Jika kita ingat hal itu, maka kita tidak akan menjadi orang yang mudah putus asa. Karena apa yang kita rasakan hari ini hanyalah sementara saja.
Tidak mengapa jika hari ini Anda merasa lemah. Tidak mengapa jika hari ini Anda bangun dengan mood yang buruk. Segalanya tidak berakhir di situ. Segalanya tidak berakhir saat Anda merasa semuanya buruk. Karena hidup ini adalah proses dan proses itu baru selesai ketika kita menutup mata untuk selamanya nanti.
Jika hari ini Anda merasa baik-baik saja, maka bersyukurlah, dan tetaplah waspada. Jagalah hati supaya Anda tidak mudah jatuh oleh berbagai tekanan-tekanan yang mungkin bakal timbul. Persiapkan hati dengan kemauan untuk rela menerima segala yang mungkin bakal terjadi.
Namun, jika pagi ini Anda bangun dengan mood yang tidak karuan, maka cepatlah sadar dan milikilah kemauan yang keras untuk bangkit. Kemauan Andalah yang akan menentukan sukses tidaknya hidup Anda, bukan apa yang Anda rasakan. Bersemangatlah!!
Mungkin hal ini lebih banyak dialami oleh seseorang dengan kepribadian yang cenderung melankolis (pemikir yang cermat). Namun, bukan berarti seseorang dengan karakter lain seperti kolerik (tegas dan dominan), plegmatis (stabil), maupun sanguin (si periang yang intim) tidak pernah mengalaminya. Semua orang pasti pernah mengalami yang namanya kejenuhan dalam hidup.
Namun, hidup ini bukanlah tentang apa yang Anda rasakan. Hidup ini lebih dipengaruhi dengan kemauan Anda. Kenyataan hidup menuntut kita, mau - tidak mau, untuk menjadi orang yang kuat, tegar, sabar, dan tabah dalam menjalani hidup.
Adakalanya kita kuat, adakalanya kita lemah. Orang bilang ada kalanya kita di atas, ada kalanya kita di bawah. Jika kita ingat hal itu, maka kita tidak akan menjadi orang yang mudah putus asa. Karena apa yang kita rasakan hari ini hanyalah sementara saja.
Tidak mengapa jika hari ini Anda merasa lemah. Tidak mengapa jika hari ini Anda bangun dengan mood yang buruk. Segalanya tidak berakhir di situ. Segalanya tidak berakhir saat Anda merasa semuanya buruk. Karena hidup ini adalah proses dan proses itu baru selesai ketika kita menutup mata untuk selamanya nanti.
Jika hari ini Anda merasa baik-baik saja, maka bersyukurlah, dan tetaplah waspada. Jagalah hati supaya Anda tidak mudah jatuh oleh berbagai tekanan-tekanan yang mungkin bakal timbul. Persiapkan hati dengan kemauan untuk rela menerima segala yang mungkin bakal terjadi.
Namun, jika pagi ini Anda bangun dengan mood yang tidak karuan, maka cepatlah sadar dan milikilah kemauan yang keras untuk bangkit. Kemauan Andalah yang akan menentukan sukses tidaknya hidup Anda, bukan apa yang Anda rasakan. Bersemangatlah!!
Langganan:
Postingan (Atom)